Selasa, 06 November 2012

BISNIS DROPSHIPPING

Bisnis Dropshipping

 Bisnis Dropshipping saat ini jadi bisnis yang paling diminati oleh pebisnis pemula. Modal yang relatif jauh lebih ringan, serta energi yang tak terlalu besar, ditambah resiko yang sangat minim, membuat bisnis model dropship menjadi favorit. Tapi benarkah sistem dropship ini hanya cocok untuk awal, dan tidak cocok untuk jadi pegangan selamanya ? apa untung-rugi nya berbisnis dropship ?

 Secara sederhana, bisnis dengan sistem dropship bisa diartikan sebagai bisnis yang menjual produk / jasa milik orang lain dengan menggunakan merek / perusahaan sendiri. Istilahnya, orang lain yang punya produk, kita yang menjualnya seakan-akan itu adalah produk kita sendiri. Lalu kalau ada pembelian, kita hanya meneruskan order tersebut kepada pemilik produk dan pemilik produk yang akan mengurus sisanya.

Bisnis Dropshipping

 jadi, seorang dropshipper (istilah untuk pelaku bisnis model dropship) hanya bertugas jualan. Yup, hanya jualan. Tak perlu repot memikirkan stock, pengembangan produk, shipping, hingga manajemen keuangan. Itulah salah satu keuntungan bisnis dropshipping, makanya banyak pebisnis pemula melakukannya. Keuntungan lainnya adalah tak perlu mengeluarkan modal besar untuk belanja stock atau sewa tempat. Hanya dengan modal gambar dan deskripsi produk yang dipajang di blognya, atau di situs-situs marketplace, sudah bisa buka usaha sendiri. Keuntungan lain lagi adalah dropshipper seakan-akan memiliki perusahaan sendiri.
 Resiko Bisnis Dropshipping

 Tapi, bisnis dropshipping bukan tanpa resiko. Bahkan bisa dibilang ini bisnis yang sifatnya “rentan” alias mudah rontok. Dimana letak rentannya ? pertama, orang yang menjual produk dengan sisten bisnis dropshipping sangat bergantung pada kualitas suppliernya. Kalau suppliernya jelek, akan susah menjual barangnya. Mencari supplier yang bagus adalah PR besar buat pemain bisnis dropshipping.

 Kedua, dropshipper tak mampu mengontrol stock. Bisa jadi gambar produk yang dipajang hari ini dan ada pembelinya, sudah habis terjual kemarin. Sebab, kontrol stock ada di supplier, dan dropshipper tak punya kekuasaan untuk menyimpan stock dari supplier.

 Ketiga, dropshipper tak punya kekuasaan menjaga kualitas produk. Kalau produk pertama bagus, lalu produk kedua jelek, dropshipper akan kena imbasnya. Hal ini menuntut seorang dropshipper untuk terus menerut memantau dari luar kualitas produk dari suppliernya. Yup, dari luar, karena pengembangan produk bukan wewenang dropshipper.

 Dari sisi produsen atau supplier, tak semua produsen mau menerapkan sistem dropship dalam bisnisnya. Sebab, kalau bermain dropship, stock harus terjaga dengan baik. Sementara produsen banyak yang ingin stocknya cepat berputar.



 Nah, itulah beberapa perspektif yang perlu dipikirkan solusinya agar bisnis dropshipping bisa menguntungkan ketiga pihak : produsen, dropshipper, dan buyer.



 Selamat ber-dropship.

 Sumber YUNUS BAHRI